Background

BATIK BEKASI


    

Batik dari Bekasi
BATIK  TARAWANG ( TARUMA )

Bekasi didasarkan pada sejarah batik Indonesia yang pernah tercatat pada masa kolonial. Batik yang diberi nama batik Tarawang tersebut pada tahun 1892 pernah diikutsertakan pada pameran batik Jawa di Amsterdam yang di selengarakan oleh seniman pelukis Belanda di Amsterdam.
Batik tersebut dibuat oleh penduduk etnis tionghoa, keluarga Tan-Tjeng-Kwat. Pada tahun 1860 bersama dengan batik lain, batik Tarawang (Batik Tarum) telah di produksi oleh Ny. Vincen Hegen  istri pelukis Raden Saleh.
Pada tahun 1931 seorang belanda  – ir PAL mooyen yang tinggal di Bandung, pernah memimpin suatu pameran produksi Negara Hindia Belanda dan pernah mengoleksi batik Karawang atau batik Tarawang Tarum. Koleksi batiknya berupa kain alas meja pribadatan yang dipakai agama Budha yang disebut Tok-wi. Batik koleksi Mooyen inilah yang menjadi dasar untuk pengembangan lebih lanjut untuk produksi.

Kajian pada kain taplak batik Tarawang Tarum.
Batik aslinya berupa kain taplak meja dengan ragam hias berikut lukisan perlambangan yang digunakan oleh agama Budha yang terdiri  dari:
1)  Kain ukuran      :  a.  200 X 200 cm
                                  b.  250 X 200 cm
2)  Jenis kain          :  Mori dengan jenis ukuran benang 40 (tenun tangan) ragam hias (motif)
terdiri dari :
  1. Tumpal berbunga
  2. Sulur daun dan bunga jenis bunga yang di jadikan lambang agama Hindu yang diambil dari     tanaman yang tumbuh di Taruma, sebuah kota kecil di tanjung Komorin india selatan ragam hias tersebut dijadikan lambang filosofis pemeluk hindu. Orang menyebutnya bunga Vidiai.
  3. Bidang tangan terdiri dua bentuk ragam hias lingkaran disebut Dharma Cakra, dihiasi bunga lotus ditengahnya. Sebagaimana lukisan  tersebut biasanya digunakan oleh Agama Bhuda Hinayan atau Bhuda aliran kong-hu-tju (Bhuda Cina)
  4. Warna aslinya terdiri 4 warna yaitu warna biru soga tua-merah kuda-kuning orient dan putih ornament.
  5. Bahan warna yang digunakan terdiri bahan campuran antara lain dengan menggunakan bahan indigo sol dan bahan pewarnaan alam. Tehnik dan bahan menggunakan canting dengan bahan dasar lilin (malam)

Pengembangan Batik Tarawang Menuju Identitas Batik Karawang
Dasar Acuan      : Yang menjadi dasar acuan adalah batik Tarawang yang dikoleksi mooyen  digunakan sebagai alas  digunakan sebagai alas meja pribadatan  dengan ragam hias bunga tarum.  digunakan sebagai  alas meja pribadatan  dengan ragam hias bunga tarum.
Dasar Kajian      : Budaya yang mendasari masyarakat Karawang dan Bekasi, berlatar sejarah kuno berkaitan dengan agama2 yang di anut oleh masyarakat pada zaman-yaitu agama Hindu Bhuda masa kerajaan tarumanagara dan masa karawang dibawah kekuasaan kerajaan Bhuda Sriwijaya. Sebagai kota yang memiliki pelabuhan perdagangan  maka masyarakat penduduknya merupakan masyarakat migrasi dan uban dari Cina-Melayu Siam-maupun dari India, yang pada masa berikutnya telah berkembang turun Temurun Menjadi penduduk asli. Dengan adanya batik yang dibuat oleh penduduk Cina menjadi penduduk asli. Dengan adanya batik yang dibuat oleh penduduk Cina Karawang dertemakan agam dan digunakan sarana peribadatan merupakan salah Satu hasil karya penduduk mewakili latar budaya terekspresikan melalui batik tok-wie.
Modifikasi :   Didalam mengembangkannya  adalah memodifikasikan ragam hias dasar dengan Memberikan aksen perlambangan masa kini yang berkaitan dengan kandungan Kearifan lokal yang terkait dengan sosial budaya daerah. Geografi Karawang terdiri dari, daratan, laut, dan gunung. Sejak masa lalu Karawang menghasilkan beras karawang merupakan daerah lumbung padi.
Materai Ragam Hias Batik Karawang :
Dari kajian diatas- motif batik Karawang telah tersusun materai ragam hias berunsur simbolis filosfis, dengan materai sebagai berikut ;
1. Garis segi  tiga  disebut Tumpal. Tumpal mengandung arti ketuhanan yang maha esa.
2. Bunga tarum (bunga vidas) bunga simbolik untuk agama Hindu Bhuda yang dibuat oleh 
    pembatik Karawang- koleksi mooyen.
3. Bulir padi dan lumbung padi, lambang kemakmuran daerah Karawang.
4. Ragam hias garis dan bidang geometric, sebagai motif perlambangan  yang dimiliki
    masyarakat suku buni sebagai masyarak asli Karawang.
5. Garis gelombang laut sebagai lambang daerah pantai memiliki laut.
Pewarnaan  : Pewarnaan dapat berfariasi sesuai dengan contoh. Dan bertolak warna dasar.
Demikian deskripsi batik Karawang- Bekasi agar menjadi bahan rujukan dalam menentukan identitas batik Karawang, yang kemudian motif dapat di kembangkan lebih lanjut. 
(PIKIRAN RAKYAT)
Sendy Yusuf Kunjungi Batik Bekasi
Rabu, 01/06/2011 - 17:44

YULISTYNE/"PRLM"
Ketua Yayasan Batik Jawa Barat Sendy Yusuf melihat batik di ruang pamer Seraci Batik di Kampung Kebon Kelapa RT 2/5 Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Rabu (1/6). *
BEKASI, (PRLM).- Ketua Yayasan Batik Jawa Barat Sendy Yusuf meminta kepada Pemerintah Kabupaten Bekasi untuk membantu legalitas batik khas Bekasi. Menurut dia dukungan pemerintah sangat dibutuhkan bagi para perajin tersebut.
Sendy menjelaskan permasalahan legalitas tidak bisa dipandang sepele. Pemerintah harus lebih proaktif untuk melindungi hasil kreativitas warganya. Apalagi, dalam hal kerajinan batik Bekasi yang pada dasarnya merepresentasikan keseharian masyarakat di daerah itu.
"Pemerintah Kabupaten Bekasi harus mendukung legalitas Batik Bekasi, karena batik Bekasi memiliki ciri khas kultur masyarakat betawi yang ada di Provinsi Jawa Barat.Bagaimanapun juga, kerajinan ini nantinya akan berdampak pada kemajuan ekonomi masyarakat sekitar, " ucapnya saat mengunjungi ruang pamer Seraci Batik di Kampung Kebon Kelapa RT 2/5 Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Rabu (1/6).
Di sisi lain, Sendy mengungkapkan untuk mendorong perkembangan kerajinan batik di Jawa Barat, termasuk Kabupaten Bekasi, Yayasan Batik Jawa Barat juga memberikan bantuan, di antaranya, pelatihan teknis untuk meningkatkan kemampuan para perajin, pelatihan manajerial yang bekerjasama dengan Bank Indonesia.
"Selama ini, para pelaku UMKM tidak terlalu memperhatikan tatanan manajemen usahanya. Sehingga, tatkala membutuhkan akses perbankan hal itu tidak dapat dilaksanakan dengan mudah. Namun, dengan pelatihan manajemen ini, para perajin bisa menyusun dengan baik keuangannya sehingga perbankan pun tak sulit untuk memberikan suntikan dana," ujar Sendy.
Pada kesempatan itu, ia juga menyerahkan bantuan dua kompor gas yang khusus diperuntukkan bagi para perajin batik. Yayasan Batik Jawa Barat menyiapkan 600 kompor bagi perajin batik di seluruh Jawa Barat. (A-188/A-88)***

Categories: Share

Leave a Reply